Naruto Uzumaki Shoulder Pump MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS BUDAYA | R.I.M.A

Kamis, 26 September 2013

MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS BUDAYA


PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS BUDAYA

BAB I
PENDAHULUAN
A.               Latar Belakang
Pendidikan sesungguhnya adalah transformasi budaya, sehingga persoalan budaya dan karakter bangsa yang kurang baik akan menjadi sorotan tajam masyarakat terhadap pelaksanaan pendidikan di setiap satuan pendidikan.       Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif  karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa, karena akhir-akhir ini karakter budaya Indonesia sudah mulai  luntur dari kalangan anak bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang cukup lama, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat dalam waktu yang relatif lama sehingga membangun pendidikan sesungguhnya investasi jangka panjang.

B.               Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini ialah untuk mengetahui penyebab mulai lunturnya karakter budaya Indonesia serta untuk menumbuhkan kembali karakter anak bangsa yang berbasis budaya Indonesia.
C.               Rumusan masalah
·      Mengapa karakter bangsa yang berbudaya Indonesia bisa luntur?
·      Usaha-usaha apa yang perlu dilakukan untuk menumbuhkan kembali karakter bangsa yang berbasis budaya?
·      Siapa yang paling tepat untuk membentuk karakter anak bangsa yang berbasis budaya?
·      Dimana karakter yang berbudaya itu bisa ditanamkan?
·      Kapan waktu yang paling tepat untuk menanamkan karakter berbasis budaya tersebut?
·      Bagaimana peran masyarakat dalam hal pengembalian karakter bangsa agar berbudaya?















BAB II
PEMBAHASAN

PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS BUDAYA
Istilah karakter merujuk pada ciri khas, perilaku khas seseorang atau kelompok, kekuatan moral, atau reputasi. Dengan demikian, karakter adalah evaluasi terhadap kualitas moral individu atau berbagai atribut, termasuk keberadaan kurangnya kebajikan seperti keberanian, ketabahan, kejujuran dan kesetiaan, atau perilaku atau kebiasaan yang baik. Ketika seseorang memiliki karakter moral, hal inilah yang membedakan kualitas individu yang satu dibandingkan dari yang lain.
Karakter juga dipahami sebagai seperangkat ciri perilaku yang melekat pada diri seseorang yang menggambarkan tentang keberadaan dirinya kepada orang lain. Penggambaran itu tercermin dalam prilaku ketika melaksanakan berbagai aktivitas apakah secara efektif melaksanakan dengan jujur atau sebaliknya, apakah dapat mematuhi hukum yang berlaku atau tidak. Walaupun prilaku sering dihubungkan dengan kebribadian, tetapi kedua kata ini mengandung makna yang berbeda. Kepribadian pada dasarnya merupakan sifat bawaan, sedangkan karakter terdiri atas prilaku-prilaku yang diperoleh dari hasil belajar.
Ada beberapa faktor yang dianggap dapat menyebabkan lunturnya karakter berbudaya Indonesia, yang pertama yaitu karena pengaruh lingkungan pergaulan. Seseorang yang terbiasa bergaul di lingkungan yang modern cenderung akan melupakan budaya lokal, ia justru akan mengikuti mode yang sedang berlaku. Yang kedua yaitu faktor pandidikan yang kurang menekankan nilai kebudayaan. Banyak sekolah yang hanya mementingkan prestasi akademiknya. Yang ketiga adalah adanya sikap acuh tak acuh terhadap kebudayaan lokal. Banyak anak muda sekarang ini yang tidak mengetahui kebudayaan apa saja yang ada di daerahnya, seperti lagu daerah, rumah adat, tarian adat, pakaian adat, dan lain-lain. Faktor yang keempat yaitu pemanfaatan teknologi yang kurang tepat. Seperti fenomena saat ini, banyak orang, terutama anak-anak muda yang justru mengunduh file-file yang berisi tentang kebudayaan luar, misal goyang gangnamstyle. Faktor kelima yaitu adanya perasaan malu saat menggunakan budaya lokal, misal dalam berbahasa, banyak orang Jawa yang malu menggunakan bahasa jawa karena takut jika dianggap kampungan. Dan faktor yang terakhir yaitu faktor pengaruh budaya luar. Anak-anak lebih tertarik pada budaya luar daripada budaya lokal. Hal ini dapat terlihat berbagai aspek salah satunya dari aspek cara bergaul. Sekarang ini dalam bergaul seperti tidak ada batasan antara pria dan wanita, misal adanya budaya “cipika-cipiki” atau cium pipi kanan cium pipi kiri.
Dari masalah-masalah di atas, yaitu masalah mengenai mulai lunturnya karakter berbudaya dapat diatasi dengan berbagai cara. Cara yang pertama yaitu cara preventif. Cara preventif merupakan suatu usaha pencegahan terhadap tingkah laku yang menyimpang dari budaya Indonesia. Cara ini dilakukan sebelum suatu peristiwa terjadi yang bertujuan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan perilaku menyimpang sedini mungkin. Cara preventif ini bisa dilakukan melalui pendidikan informal di lingkungan keluarga dan masyarakat, maupun melalui pendidikan formal, yaitu sekolah. Dalam lingkungan informal dan formal akan ditanamkan nilai-nilai kebudayaan Indonesia, seperti sopan santun dalam hal bertutur kata,  berpakaian, dan lain sebagainya.
Cara yang kedua, yaitu cara represif. Cara represif merupakan cara yang dilakukan setelah sebuah peristiwa penyimpangan terjadi yang bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang terganggu akibat adanya perilaku yang menyimpang. Misal Ryan berlaku tidak sopan pada gurunya, ia memukul gurunya yang sedang menasehatinya, maka pihak sekolah akan memberikah hukuman kepadanya.
Selain cara preventif dan represif, untuk menangani masalah mulai lunturnya karakter berbudaya juga bisa dilakukan dengan cara sosialisasi. Semua masyarakat terutama badan-badan yang bertanggung jawab atas pendidikan warga Negara hendakny aturut serta dalam pensosialisasian kebudayaan Indonesia dalam rangka pembentukan karakter bangsa yang berbudaya Indonesia. Betapa hebatnya anak-anak bangsa jika mereka mampu menerapkan budaya sebagai dasar berpikir, bersikap, bertindak dalam mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat, dan warga negara Indonesia.
Semua warga negara wajib ikut serta dalam hal pembentukan karakter berbudaya Indonesia ini. Baik kaum muda maupun yang sudah tua hendaknya bekerja sama dalam menjaga, melestarikan, dan mengembangkan budaya lokal Indonesia. Generasi terdahulu dituntut untuk mengajarkan atau memperkenalkan  serta menanamkan sedini mungkin budaya lokal kepada generasi muda agar karakter kaum muda yang kelak akan menonjol adalah karakter yang berbudaya. Bagi generasi muda hendaknya mengetahui, mempelajari, dan memahami budaya-budaya yang ada di Indonesia yang sebenarnya bisa dijadikan landasan perperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contohnya yaitu Jawa dengan budaya tata kramanya yang terkenal sangat baik. Apabila orang muda ingin  berbicara pada orang yang lebih tua atau kepada orang yang dihormati maka hendaknya ia menggunakan bahasa krama inggil. Bahasa krama inggil ini dalam  dalam tata bahasa Jawa  merupakan bahasa yang tertinggi atau bisa dikatakan bahasa yang paling santun. Namun karena pengaruh globalisasi budaya tersebut kini sudah mulai luntur. Saat ini banyak orang Jawa yang tidak bisa berbahasa Jawa krama sehingga jika mereka berbicara pada orang yang lebih tua atau pada orang yang dihormati mereka hanya menggunakan bahasa biasa atau bahasa Jawa ngoko yang biasa digunakan untuk berbicara dengan teman sebaya. Hal ini dianggap kurang sopan karena seakan-akan tidak ada bedanya antara orang yang dihormati dengan teman sebayanya.
Karakter berbasis budaya bisa ditanamkan maupun dikembangkan dimana saja. Baik di lingkungan pendidikan formal maupun informal. Dilingkungan formal misalnya di sekolah. Sebuah sekolah bisa dikatakan baik dan berkualitas jika ditinjau dari sisi prestasi serta etikanya baik. Sekolah yang baik tentunya tidak hanya akan menekankan pada prestasinya tapi juga dalam hal tata kelakuan atau etika para siswanya. Dengan adanya pelajaran Seni Budaya diharapkan para peserta didik bisa mengetahui budaya-budaya lokal Indonesia. Begitu juga dengan adanya mata pelajaran Bahasa Jawa, dalam mata pelajaran ini akan dipelajari tentang budaya-budaya Jawa seperti tata krama dalam berbahasa dengan orang yang lebih tua dan orang-orang yang dihormati.
Sedangkan yang di lingkungan informal misalnya dalam keluarga serta lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan keluarga dan masyarakat tentu akan diajarkan budaya sopan santun baik sopan santun dalam berbicara maupun berperilaku. Sebagai contoh yang di lingkungan keluarga yaitu ketika makan kita diharuskan sambil duduk, menggunakkan tangan kanan, tidak boleh bergurau saat makan, dsb.
Peran masyarakat dalam hal mengembalikan atau penanaman kembali karakter budaya Indonesia sangatlah penting. Masyarakat terdahulu berperan dalam penyebaran atau pengenalan budaya lokal pada generasi sekarang. Sedangkan generasi sekarang berperan sebagai pelestari serta penerus budaya-budaya lokal agar kelak budaya-budaya tersebut tidak hilang. Kita sebagai generasi muda jaman sekarang hendaknya turut serta melestarikan budaya lokal Indonesia. Jangan terlalu meniru budaya orang lain, apalagi jika budaya tersebut kurang baik sebagai patokan berperilaku. Sebagai contoh budaya orang-orang Barat yang kurang baik tapi banyak ditiru masyarakat Indoesia yaitu pola hidup  yang konsumtif serta cara berpakaian. Cara berpakaian orang Barat yang terkenal minim sebenarnya tidak baik untuk diterapkan di Indonesia terutama bagi masyarakat Jawa yang sangat menjunjung tinggi sopan santun.
Sebagai generasi penerus bangsa, tentu kita tidak ingin jika anak cucu kita kelak hidup dengan keadaan tidak mengetahui jati dirinya atau kebudayaannya sendiri, tapi justru hidup dengan kebudayaan orang lain yang mungkin lebih buruk dari kebudayaan kita sekarang ini. Maka dari itu, marilah mulai dari sekarang kita pelajari, kita pahami, dan kita lestarikan budaya lokal Indonesia dengan harapan kelak kubudayaan tersebut bisa kita turunkan pada generasi masa mendatang sebagai patokan dalam berperilaku serta sebagai pembentuk karakter bangsa Indonesia mendatang. Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan maka jangan sampai budaya tersebut kemudian hilang seiring kemajuan zaman karena sebaik-baiknya budaya lain budaya ibu tetap yang terbaik.















BAB III
PENUTUP

A.               Kesimpulan
Pendidikan karakter bangsa berbasis budaya adalah pendidikan yang  mengembangkan nilai-nilai budaya dalam pendidikan karakter pada diri peserta didik sehingga menjadi dasar bagi mereka dalam berpikir, bersikap, bertindak dalam mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat, dan warganegara. Nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dimiliki peserta didik tersebut menjadikan mereka sebagai warganegara Indonesia yang memiliki kekhasan dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Menciptakan manusia yang bermoral, berbudi pekerti luhur dan menjunjung tinggi semangat nasionalisme yang akhir-akhir ini mulai hilang dari kalangan remaja Indonesia. Oleh karena itu sekolah sebagai agen pendidikan formal maupun masyarakat serta keluarga sebagai lembaga informal harus mampu menanamkan membentuk karakter berbudaya pada anak sedini mungkin.

B.               Saran
Agar karakter bangsa Indonesia bisa sesuai dengan kebudayaan lokal maka harus dikembangkan dengan pendidikan karakter bangsa dan budaya agar tujuan dalam pendidikan tercapai, tidak hanya tujuan dalam prestasi semata tapi juga dalam pembentukan etika yang baik serta etika yang menjunjung budaya lokal. Dalam membangun karakter yang baik itu berasal dari lingkungan sekolah yang positif, sehingga lingkungn sekolah pun harus menjadi pusat perhatian guru. Kemudian selain itu, kurikulum harus dipadukan dengan nilai – nilai budaya yang ada dimasyarakat untuk menciptakan karakter anak yang baik.





C.                DAFTAR PUSTAKA
Destinawati, Arina. dkk. 2013. Bahasa Indonesia untuk SMA/ MA Kelas XI Semester Gasal. Jawa Tengah : Viva Pakarindo.
Wulandari, Fitri. 2012. Sosiologi untuk SMA/ MA Kelas X Semester Genap. Jawa Tengah: Viva Pakarindo.
Sumber lain:
http://istanailmupengetahuan.blogspot.com/2013/01/pengembangan-kurikulum-karakter-bangsa.html

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

About Me

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.